Latihan Olah Rasa, Gesture, Imajinasi Untuk Pemain Teater
Olah Rasa
Pemain teater membutuhkan kepekaan rasa. Oleh karena itu, latihan-latihan yang mendukung kepekaan rasa perlu dilakukan. Terlebih dalam konteks aksi dan reaksi. Seorang pemain tidak hanya memikirkan ekspresi karakter tokoh yang diperankan saja, tetapi juga harus memberikan respons terhadap ekspresi tokoh lain.
Latihan olah rasa dimulai dari konsentrasi, mempelajari gesture (sikap), dan imajinasi.
Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran atau perhatian. Pusat perhatian seorang pemain teater yaitu sukma (jiwa) peran atau karakter yang akan dimainkan. Tujuan dari konsentrasi ini adalah untuk mencapai kondisi kendali mental maupun fisik di atas panggung. Dengan konsentrasi, pemain dapat mengubah dirinya menjadi orang lain, V^itu peran yang dimainkan.
Latihan konsentrasi bisa dilakukan dengan melatih lima indra yang ada pada tubuh. Latihan ini dimaksudkan untuk mendapatkan pengalaman mengenai berbagai suasana yang kemudian disimpan dalam ingatan sebagai sumber ilham.
- Amati sebuah benda secara intensif dan deskripsikan hasil pengamatan kepada peserta lain.
- Konsentrasi pada bau yang paling menyengat dan dekat dengan tubuh kita (latihan diusahakan betul-betul membaui, bukan mengkhayalkan atau berimajinasi tentang bau).
- Konsentrasi pada sumber suara yang sangat lemah dan dekat (latihan ini benar-benar mendengar bukan mengkhayal atau berimajinasi).
- Latihan menggunakan stimulus berbagai macam rasa, coba rasakan berbagai macam rasa yang ada serta ukur kadar rasa tersebut. Jika rasa itu asin, rasakan rasa asin tersebut dan sampai seberapa kadar rasa tersebut.
- Latihan difokuskan pada pembedaan rasa yang tersentuh oleh kulit. Latihan ini dapat dilakukan dengan cara membedakan rasa kasar dan halus, panas dan dingin, keras dan lembek, dan Iain-lain.
Gesture
Gesture adalah sikap atau pose tubuh pemain yang mengandung makna. Pemakaian gesture ini mengajak seseorang untuk menampilkan bahasa yang bervariasi atau bermacam-macam cara mengungkapkan perasaan dan pemikiran. Manfaat mempelajari dan melatih gesture supaya pemain teater mengerti apa yang tidak terkatakan serta yang ada dalam pikiran lawan bicara (lawan main).
- Menggaruk belakang kepala atau leher menandakan kesan berdusta atau ragu. Kesan ini akan lebih kuat jika dibarengi dengan memalingkan muka dari lawan bicara kita.
- Memukul anggota badan menandakan sedang lupa sesuatu, misalnya memukul kepala, dahi, atau paha.
- Tubuh condong ke depan yang mengarah pada lawan bicara menunjukkan kita tertarik dengan materi pembicaraan yang sedang berlangsung.
- Gesture anggukan kepala menandakan persetujuan, akrab, dan suka.
- Posisi duduk dan mengangkat salah satu kaki dan kedua tangan di belakang kepala menunjukkan seseorang merasa dominan, menantang, dan seolah-olah berkuasa.
Latihan-latihan gesture
- Latihlah gesture-gesture di atas. Proses latihan ini yang penting adalah kesadaran rasa, walaupun gesture biasanya muncul tanpa suatu kesadaran.
- Latihlah bermacam-macam cara berjalan. Usahakan cara berjalan tersebut bermakna. Contohnya, berjalan dengan terburu-buru, berjalan dengan penuh wibawa, berjalan dengan kesakitan, berjalan dengan kebingungan, dan Iain-lain sebagainya.
Imajinasi
Imajinasi adalah proses pembentukan gambaran-gambaran baru dalam pikiran. Belajar imajinasi dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi "jika" atau dalam istilah metode pemeranan Stanislavski disebut magic-if. Latihan imajinasi bagi pemain berfungsi mengidentifikasi peran yang akan dimainkan. Selain itu, seorang pemain juga harus berimajinasi tentang pengalaman hidup peran yang akan dimainkan.
Latihan imajinasi dengan asosiasi
Latihan imajinasi dengan asosiasi
- Malapropism merupakan tahap awal dari latihan asosiasi, berfungsi untuk memancing ide atau imajinasi peserta berdasarkan benda yang dilihat. Latihan diawali dengan berjalan pelan mengelilingi ruangan. Tunjuklah sembarang benda yang terdapat dalam ruang itu dan sebutlah dengan nama yang berbeda. Misalnya, pembimbing menunjuk sebuah poster serta menyebutnya dengan "kertas".
- Latihan ini menggunakan benda untuk stimulus imajinasi. Setiap peserta memegang sebuah sebuah benda, dan benda tersebut diimajinasikan sebagai apa saja. Dalam latihan gunakan stimulus seandainya. Contohnya, sebuah bola, maka imajinasikan "seandainya" bola tersebut ingin memakan Anda, atau bola tersebut mengajak Anda untuk berdansa dan sebagainya.
Komentar
Posting Komentar